JADAH TEMPE MBAH CARIK

Dua Sejoli dari Jogja Tempoe Doeloe
Makanan memiliki nostalgia tersendiri yang mampu mengingatkan kita pada momen-momen tertentu di balik rasa dan aromanya. Seperti kisah dua sejoli, si Jadah dan si Tempe dari Kaliurang.



Buka setiap hari = 07.00 - 18.00 WIB
Lokasi:
Jalan Astomulyo, Simpang Lima Wara Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Subuh itu Kaliurang masih diselimuti oleh kabut ketika kami tiba di warung Jadah Tempe Mbah Carik. Meski begitu, kesibukan di dapur Mbah Carik telah dimulai. Beberapa orang terlihat memarut kelapa dan menggoreng tahu serta tempe yang telah dibacem semalaman. Kami pun langsung bergabung di dapur untuk melihat proses pembuatan jadah tempe Mbah Carik yang terkenal itu. Kelezatan dari jadah tempe Mbah Carik masih bertahan hingga sekarang dengan rasa yang khas karena memasaknya pun masih dengan cara tradisional, yaitu menggunakan kayu bakar. Pertama-tama parutan kelapa dicampur dengan beras ketan dan bumbu lain sampai rata, kemudian dikukus menggunakan dandang di atas tungku. Setelah dikukus selama satu setengah jam, jadah yang masih setengah jadi diangkat kemudian ditumbuk. Sungguh menggiurkan melihat asap masih mengepul dari campuran ketan, parutan kelapa dan bahan lain yang baru matang. Selanjutnya, adonan yang sudah ditumbuk mulai dibentuk hingga jadilah Jadah Mbah Carik yang gurih serta kenyal.

Keluar dari kesibukan di dapur, kami menemui Mbah Sudimah, generasi kedua Mbah Carik. Beruntung kami bisa bertemu langsung dan bercakap-cakap bersama beliau. Pagi itu sinar matahari sedikit menghangatkan hawa dingin yang sedari tadi menyelimuti Kaliurang. Sembari duduk-duduk dan berjemur di bawah mentari, kami pun tenggelam dalam nostalgia Mbah Sudimah yang asyik bercerita tentang sejarah Jadah Tempe Mbah Carik.

Bermula pada tahun 50-an, terdapat pesanggrahan keluarga Keraton Yogyakarta di kawasan Kaliurang. Mbah Ngadikem yang merupakan pendiri Jadah Tempe Mbah Carik pada masa itu hanya berjualan tahu, tempe, dan pecel di sekitar taman kanak-kanak Kaliurang. Kemudian Gusti Pintaka (istri Sri Sultan Hamengkubuwana IX) memberi saran kepada Mbah Ngadikem untuk berjualan di Telaga Putri. Beliau pun menjadi orang pertama yang berjualan di Telogo Putri. Tidak hanya menjual tahu dan tempe bacem atau pecel, beliau berinovasi untuk menjual jadah yang dipadukan dengan tempe bacem. Akhirnya Mbah Ngadikem menjadi langganan Keraton karena kuliner hasil inovasinya disukai oleh kerabat Keraton. Dari sanalah usaha jadah tempenya dimulai. Lalu untuk membedakan dengan kuliner sejenis, pihak Keraton memberikan nama bagi usaha jadah tempe Mbah Ngadikem. Nama "Jadah Tempe Mbah Carik" pun dipilih sebagaimana Mbah Ngadikem merupakan istri seorang carik desa. Akhirnya sebutan itu melekat hingga saat ini lalu menjadi brand usaha jadah tempe legendaris di Jogja. Selain itu Jadah Tempe Mbah Carik telah mendapatkan penghargaan sebagai pencetus pertama jadah tempe.

Jadah dan tempe, mula-mula keduanya dimakan secara bersamaan dalam satu tangkup, yaitu satu jadah dan satu tempe. Namun saat ini jadah tempe biasa dinikmati oleh kebanyakan orang dengan cara seperti memakan burger. Dua buah jadah ditangkup dengan satu tempe bacem di tengahnya sehingga banyak orang menyebutnya sebagai "burger Jawa". Jadah tempe merupakan ikon kuliner di daerah Kaliurang, maka tidak lengkap rasanya bila kita berkunjung ke Kaliurang tanpa mencicipi makanan tradisional ini. Perpaduan antara gurihnya jadah serta teksturnya yang kenyal dengan legitnya tempe bacem ditambah cubitan rasa pedas cabe rawit memberi sensasi yang beraneka ragam.

Jika kita membeli jadah tempe di warung Mbah Carik dijamin jadah tempenya dalam keadaan fresh karena kuliner ini dibuat pagi-pagi sekali. Selain itu, jadah hanya bertahan selama satu hari mengingat makanan yang terbuat dari beras ketan ini tidak dapat bertahan lama. Tapi jangan khawatir, selain jadah dan tempe, masih banyak pilihan makanan lain yang dijual seperti wajik, ampyang, peyek, tahu bacem, atau aneka ragam jajanan yang bisa dijadikan oleh-oleh. Jadi jika berkunjung ke Kaliurang cobalah untuk mampir ngeteh dan cicipi dua sejoli jadah tempe legendaris di Jogja ini!

Tak terasa matahari semakin tinggi, setelah puas bernostalgia dan perut sudah terisi dengan nikmatnya Jadah Tempe Mbah Carik akhirnya kami pulang dengan perut kenyang. Sedapnya Jadah Tempe Mbah Carik pun masih terasa melekat di lidah, bak kenangan yang berdiam dalam diri.

Sumber: https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-culinary/jadah-tempe-mbah-carik/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "JADAH TEMPE MBAH CARIK"

Posting Komentar