ROJO JENGKOL'S

Jengkol "Ramah Lingkungan" yang Bikin Ketagihan
Jengkol merupakan salah satu makanan favorit yang sulit ditemukan di Yogyakarta. Baunya yang kuat juga menjadi momok tersendiri bagi para penikmatnya. Di Rojo Jengkol's, kita bisa menikmati jengkol tanpa harus takut dengan aromanya yang menyengat.



Jam Buka = 07.00 - 16.00 WIB
Lokasi:
Jl. Kabupaten km 2, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Suasana sunyi menemani kami ketika berbelok ke Jl. Kabupaten, sebuah kawasan teduh tidak jauh dari pusat kota Jogja. Pohon-pohon besar memayungi kami dari matahari pagi yang menyengat, menemani kami sepanjang jalan menuju Rojo Jengkol's. Meski baru berusia 3 minggu, warung ini sudah cukup terkenal karena menunya yang jarang ditemukan di Kota Jogja: jengkol. Konon, Rojo Jengkol's merupakan tempat makan spesialis jengkol pertama di Yogyakarta, dan disebut-sebut memiliki rasa yang lezat. Penasaran dengan hal ini, kami pun datang ke warung di tepi Jl. Kabupaten ini.

Rojo Jengkol's bisa dikenali dengan spanduk warna hitam yang terpasang di depannya. Kami disambut oleh Heri "Kuncung", pemilik Rojo Jengkol's sekaligus seorang MC yang sering mengisi berbagai acara hiburan di Yogyakarta. Warungnya terlihat cukup sederhana, hanya terdiri atas sebiji gerobak kecil dan dua meja makan di teras rumah. Di atas gerobak, terlihat beberapa baskom berukuran besar yang berjejeran, berisi empat menu jengkol yang disajikan: semur jengkol, gulai jengkol, rendang jengkol, dan balado jengkol. Atas saran Heri, kami pun memesan balado jengkol dan rendang jengkol yang terlihat menggoda.

Setelah menunggu beberapa saat, pesanan kami pun datang. Baik rendang jengkol dan jengkol balado disajikan dalam mangkuk kecil, bersebelahan dengan nasi putih hangat yang masih mengepul. Kami langsung menundukan wajah ke hidangan di hadapan kami, berusaha mencium aroma khas jengkol yang biasanya tercium kuat. Anehnya, aroma yang kami harapkan sama sekali tidak muncul, digantikan dengan aroma rempah yang kuat dari bumbu kedua menu ini.

Karena sudah tidak sabar, kami langsung menyantap kedua menu yang tersedia. Jengkol balado terasa sedikit pedas, efek dari bumbu cabe dan daun jeruk yang digunakan. Jengkolnya sendiri terasa empuk, namun masih memiliki tekstur mirip kentang yang menjadi ciri khas biji ini. Tidak ada rasa pahit yang biasanya muncul di bagian tengahnya, kecuali jika lidah kita benar-benar tajam dan bersih dari bumbu balado yang melumuri bagian luar biji ini.

Rasa yang sama juga terasa di menu rendang jengkol yang kami pesan, namun dengan tekstur yang lebih lembut. Waktu pemasakan yang lebih lama mungkin membuat jengkol bumbu rendang ini terasa lebih empuk, mirip kentang rebus yang hampir matang. Bumbu rendang yang kental dan agak manis terasa meresap ke dalam biji jengkol yang rapat, terasa cukup nikmat bila dimakan bersama nasi hangat.

Selesai makan, kami pun berbincang-bincang dengan Heri yang masih sibuk membersihkan gerobak dagangannya. MC bernama panggung Kuncung ini begitu bersemangat menceritakan bagaimana ia memulai bisnis kecil tersebut.

"Awalnya saya hanya iseng mau mencari sampingan ketika nggak ada kerjaan MC," kata pria berkacamata ini. "Entah kenapa kepikiran soal jengkol. Ya sudah, jadi deh Rojo Jengkol's ini."

Selain makan di tempat, Rojo Jengkol's juga menyediakan jasa pesan antar dengan pesanan minimal 5 porsi. Meskipun baru 3 minggu, Heri sudah kewalahan mengatasi pesanan yang datang dari berbagai kota di Indonesia, seperti Surabaya dan Jakarta. Beberapa orang bahkan jauh-jauh datang dari luar kota hanya untuk mencicipi makanan masakannya, kemudian langsung pulang sambil membawa berkilo-kilo jengkol matang yang sudah dibungkus secara khusus.

"Lah ini malah Pak Wakil Walikota mau datang, bingung saya," kata Heri sambil menunjukkan layar hp-nya ke kami.

Menurut Heri, warung ini terinspirasi dari pengalamannya yang kesulitan menikmati jengkol kesukaannya. Jarang sekali ada warung yang menyajikan jengkol di Yogyakarta, sehingga para penikmat jengkol pun merasa kesulitan mencari makanan kesukaannya ini. Selain itu, aroma jengkol yang kuat kerap membuat orang merasa malu menikmatinya secara blak-blakan, sehingga dianggap sebagai masakan yang tabu. Hal inilah yang membuat Heri membuat konsep "Jengkol Ramah Lingkungan" untuk warung Rojo Jengkol's miliknya ini.

"Di sini, setiap orang bisa makan jengkol, tanpa harus mencemari lingkungan dengan aromanya. Tidak perlu takut karena aroma jengkol kami tidak akan menempel di mulut atau di kamar mandi." kata Heri.

Heri pun menjelaskan cara pemrosesan biji jengkol yang dia pelajari dari mami-nya. Menurutnya, kunci utama ada pada perendaman dalam waktu yang lama, serta perebusan menggunakan rempah-rempah. Perendaman dilakukan selama 5-7 hari untuk menghilangkan racun dan aroma yang ada di dalam jengkol. Biji jengkol tersebut kemudian direbus bersama berbagai campuran rempah-rempah rahasia yang menghilangkan aroma jengkol secara sempurna, sekaligus memberikan tekstur yang lembut dan cita rasa yang lebih menarik.

"Saya nggak pakai bahan yang aneh-aneh, seperti arang atau batu kapur yang biasa dipakai orang lain. Di sini murni pakai rempah-rempah Indonesia," jelasnya.

Heri percaya bahwa proses yang lama ini juga dapat menghilangkan racun jengkol yang sering ditakuti para pecinta makanan unik ini. Seperti yang umum diketahui, konsumsi jengkol yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit "jengkolan", atau dalam bahasa medis disebut djenkolism. Penyakit ini disebabkan oleh asam jengkolat, senyawa dalam golongan asam amino yang terkandung dalam biji jengkol dan mudah mengkristal dalam kondisi asam. Di ginjal dan kandung kemih, asam jengkolat dapat berubah menjadi kristal yang tajam dan dapat melukai saluran air seni para pengkonsumsi jengkol. Hal inilah yang menyebabkan berbagai gejala menyakitkan pada penderita penyakit jengkolan, mulai dari sulit buang air kecil, air seni berdarah, hingga kerusakan ginjal.

Meskipun kedengaran berbahaya, tanaman masih termasuk keluarga kacang-kacangan ini juga punya banyak manfaat lho! Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa jengkol dapat memperbaiki kondisi gula darah pada tikus yang terjangkit diabetes. Selain itu, jengkol juga memiliki banyak kandungan protein hingga 23%, lebih tinggi dari tempe (19%), susu (7%) dan telur ayam (13,6 %). Dengan banyaknya manfaat yang terkandung, tidak ada salahnya kita menikmati jengkol tanpa harus merasa takut dengan bau dan racun yang dikandungnya.

"Jadi, nggak perlu takut makan jengkol," tutup Heri sambil tersenyum.

Sumber: https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-culinary/rojo-jengkols/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ROJO JENGKOL'S"

Posting Komentar